Si bodoh, dia adalah tetangga ku, tahun ini dia berumur 30 tahun. Karena dia adalah si bodoh, semenjak orang tua nya meninggal, tidak ada yang mengurus dia, dia hanya diberi sebuah rumah yang sudah rusak, dan dari sana ia hidup sendirian. Meskipun semua orang memanggil dia si bodoh, namun dia masih bisa mengurus dirinya sendiri, hanya saja semua orang sudah biasa memanggil dia si bodoh.
Di suatu sore, si bodoh menggendong seorang kakek tua pulang. Kakek tua ini umurnya terlihat sudah amat tua. Tetangga sekelilingnya sangat penasaran, di depan pun pintu rumah si bodoh dikerumunin banyak orang. Si bodoh menggendong kakek tua ini ke kasur, dan memberinya minum. "Bodoh, siapa kah kakek tua ini?", tanya salah satu orang dari kerumunan tersebut. Mama Zhang pun membawakannya nasi, si bodoh menerimanya dan berkata, "Baiklah, sudah malam, boleh pulang.". Mama Zhang pun pulang.
Hari kedua, Mama Zhang melihat kakek tua itu bangun, duduk sendirian di depan rumah. "Bang, kamu orang mana? Apakah kamu masih ada keluarga?", Kakek Tua ini menjawab, "Nama ku Liu Di, tinggal di Desa Liu. Keluarga.. aku sudah tidak punya." Kakek Tua mengucapkan kalimat ini sambil berlinang sedikit air mata. Mama Zhang melihat ada yang tidak beres, pasti ada masalah, namun tidak berani bertanya lagi. "Si bodoh? Kenapa tidak keliahtan dia?" Kakek tua menjawab, "dia bilang dia sedang mencari makan di luar." Mendengar ini, Mama Zhang menggelengkan kepalanya, "dia saja sendiri susah makan, masih pergi mencarikan kamu makan. Aku ada sedikit makanan, nanti akan aku bawakan.", kata Mama Zhang.
Setelah lewat beberapa saat, si bodoh pulang dengan tangan kosong. "aku tidak mendapatkan apa-apa.", tak berapa lama kemudian Mama Zhang datang, "ini untuk kalian!". Si Bodoh menerimanya, "Untung ada Mama Zhang!". Setelah selesai makan, Kakek Tua berdiri, "aku sudah mau pergi. Terima kasih kamu telah menolong aku." Si bodoh bertanya, "mau kemana?". Kakek tua, "tidak tahu, kemana saja." Si bodoh, "kamu tinggal saja di rumah ku, lagian aku tinggal seorang diri." kakek tua, "aku sudah tua, tinggal bersamamu hanya akan merepotkan mu." Si bodoh, "tidak seperti itu, kalau berdua aku malam punya teman." setelah ngobrol beberapa kalimat, Kakek Tua pun setuju untuk tinggal di rumah si bodoh.
Hari itu saat tetangga sekelilingnya mendengar hal ini, merasa Si Bodoh benar-benar bodoh, namun juga baik dan kasihan. Mulai dari hari itu, setiap keluarga yang memiliki makanan lebih, akan memberikannya pada mereka. Barang yak tak terpakai pun disumbangkan ke mereka.
10 tahun pun berlalu. Kakek Tua sudah sakit-sakitan, dan hanya berbaring di kasur hari demi hari. Namun si bodoh tetap tidak menyerah dan meninggalkannya, ia menemani dan menjagainya setiap hari. Bahkan sampai membantunya buang air.
Di suatu malam, kakek tua memanggil si bodoh. "Kamu tidak menelantarkan aku, aku menganggap kamu sebagai anak angkatku." Si bodoh mendengar ini, ia langsung berlutut memberi hormat pada kakek tua. Kakek tua berkata, "Di sebelah timur desa ini, ada Desa Liu, tidak jauh dari sana ada sebuah kuburan. Sebelum aku meninggalkan rumah, aku sudah mempersiapkan kuburan ku. Nama ku Liu Di, jika aku mati, kamu harus menguburkan peti ku disana.". Mendengar ini, si bodoh menangis dan menganggukkan kepalanya.
Sebulan kemudian, Kakek Tua meninggal. Si bodoh meminjam uang untuk membeli peti mati Kakek Tua, dan mencari tetangga-tetangganya untuk membantu mengangkat peti ke kuburan tersebut. Karena merasa kasihan, mereka pun membantunya. Saat sampai disana, mereka menemukan batu nisan seperti yang dikatakan kakek tua. Mereka pun menggali, namun mereka kaget karena didalamnya sudah berisikan peti. Mereka mengira bahwa mereka salah menggali kuburan, namun rupanya tidak!
Mereka pun membuka peti yang ada disana, dan ternyata isinya adalah uang dalam jumlah yang sangat besar. Di atas ada satu pucuk surat. Ternyata, Kakek Tua ini dulu mati-matian mencari uang, namun karena saking serakahnya, mengorbakan semua anggota keluarganya. Dari hari itu, ia menjual rumah dan hartanya, dan mengubur harta tersebut. Ia pergi berkelana, dan hanya ingin memberikan hartanya pada orang yang tepat. "Si Bodoh, kamu orang yang benar-benar bodoh dan beruntung!." Ucap orang-orang disekitarnya.
Si bodoh mengatakan, "Aku perlu uang ini untuk apa? Kalian bagi saja, selama bertahun-tahun ini, jika tidak ada kalian yang membantu ku, aku pasti sudah mati kelaparan." Setelah selesai menguburkan Kakek Tua, Si Bodoh pun membagi-bagikan harta tersebut kepada sekelilingnya.
Di suatu sore, si bodoh menggendong seorang kakek tua pulang. Kakek tua ini umurnya terlihat sudah amat tua. Tetangga sekelilingnya sangat penasaran, di depan pun pintu rumah si bodoh dikerumunin banyak orang. Si bodoh menggendong kakek tua ini ke kasur, dan memberinya minum. "Bodoh, siapa kah kakek tua ini?", tanya salah satu orang dari kerumunan tersebut. Mama Zhang pun membawakannya nasi, si bodoh menerimanya dan berkata, "Baiklah, sudah malam, boleh pulang.". Mama Zhang pun pulang.
Hari kedua, Mama Zhang melihat kakek tua itu bangun, duduk sendirian di depan rumah. "Bang, kamu orang mana? Apakah kamu masih ada keluarga?", Kakek Tua ini menjawab, "Nama ku Liu Di, tinggal di Desa Liu. Keluarga.. aku sudah tidak punya." Kakek Tua mengucapkan kalimat ini sambil berlinang sedikit air mata. Mama Zhang melihat ada yang tidak beres, pasti ada masalah, namun tidak berani bertanya lagi. "Si bodoh? Kenapa tidak keliahtan dia?" Kakek tua menjawab, "dia bilang dia sedang mencari makan di luar." Mendengar ini, Mama Zhang menggelengkan kepalanya, "dia saja sendiri susah makan, masih pergi mencarikan kamu makan. Aku ada sedikit makanan, nanti akan aku bawakan.", kata Mama Zhang.
Setelah lewat beberapa saat, si bodoh pulang dengan tangan kosong. "aku tidak mendapatkan apa-apa.", tak berapa lama kemudian Mama Zhang datang, "ini untuk kalian!". Si Bodoh menerimanya, "Untung ada Mama Zhang!". Setelah selesai makan, Kakek Tua berdiri, "aku sudah mau pergi. Terima kasih kamu telah menolong aku." Si bodoh bertanya, "mau kemana?". Kakek tua, "tidak tahu, kemana saja." Si bodoh, "kamu tinggal saja di rumah ku, lagian aku tinggal seorang diri." kakek tua, "aku sudah tua, tinggal bersamamu hanya akan merepotkan mu." Si bodoh, "tidak seperti itu, kalau berdua aku malam punya teman." setelah ngobrol beberapa kalimat, Kakek Tua pun setuju untuk tinggal di rumah si bodoh.
Hari itu saat tetangga sekelilingnya mendengar hal ini, merasa Si Bodoh benar-benar bodoh, namun juga baik dan kasihan. Mulai dari hari itu, setiap keluarga yang memiliki makanan lebih, akan memberikannya pada mereka. Barang yak tak terpakai pun disumbangkan ke mereka.
10 tahun pun berlalu. Kakek Tua sudah sakit-sakitan, dan hanya berbaring di kasur hari demi hari. Namun si bodoh tetap tidak menyerah dan meninggalkannya, ia menemani dan menjagainya setiap hari. Bahkan sampai membantunya buang air.
Di suatu malam, kakek tua memanggil si bodoh. "Kamu tidak menelantarkan aku, aku menganggap kamu sebagai anak angkatku." Si bodoh mendengar ini, ia langsung berlutut memberi hormat pada kakek tua. Kakek tua berkata, "Di sebelah timur desa ini, ada Desa Liu, tidak jauh dari sana ada sebuah kuburan. Sebelum aku meninggalkan rumah, aku sudah mempersiapkan kuburan ku. Nama ku Liu Di, jika aku mati, kamu harus menguburkan peti ku disana.". Mendengar ini, si bodoh menangis dan menganggukkan kepalanya.
Sebulan kemudian, Kakek Tua meninggal. Si bodoh meminjam uang untuk membeli peti mati Kakek Tua, dan mencari tetangga-tetangganya untuk membantu mengangkat peti ke kuburan tersebut. Karena merasa kasihan, mereka pun membantunya. Saat sampai disana, mereka menemukan batu nisan seperti yang dikatakan kakek tua. Mereka pun menggali, namun mereka kaget karena didalamnya sudah berisikan peti. Mereka mengira bahwa mereka salah menggali kuburan, namun rupanya tidak!
Mereka pun membuka peti yang ada disana, dan ternyata isinya adalah uang dalam jumlah yang sangat besar. Di atas ada satu pucuk surat. Ternyata, Kakek Tua ini dulu mati-matian mencari uang, namun karena saking serakahnya, mengorbakan semua anggota keluarganya. Dari hari itu, ia menjual rumah dan hartanya, dan mengubur harta tersebut. Ia pergi berkelana, dan hanya ingin memberikan hartanya pada orang yang tepat. "Si Bodoh, kamu orang yang benar-benar bodoh dan beruntung!." Ucap orang-orang disekitarnya.
Si bodoh mengatakan, "Aku perlu uang ini untuk apa? Kalian bagi saja, selama bertahun-tahun ini, jika tidak ada kalian yang membantu ku, aku pasti sudah mati kelaparan." Setelah selesai menguburkan Kakek Tua, Si Bodoh pun membagi-bagikan harta tersebut kepada sekelilingnya.